Wednesday, December 6, 2017

Dua Puluh Tahun Pembaringan (Puisi)



Oleh : I Wayan Budiartawan

Aku tergolek di kasur tua
Kakiku lumpuh tak bisa bergerak
Dua puluh tahun lamanya 
Aku menderita sakit jiwa dan saraf

Ketika itu suhu tubuhku meninggi
Tiga hari lamanya tak kunjung reda
Kemudian badanku lemas
Tidak bisa berdiri dan berjalan

Aku digotong ke rumah  sakit
Selama tiga bulan aku menghuni bangsal
Dokter perawat menghibur dan membesarkan hati
Penyakitku tidak bisa pulih 

Kini hari-hari penuh kenangan
Hidup sebagai lelaki cacat
Kugoreskan pena dan kisahku mengalir
Kututurkan pada handai taulan

I Wayan Budiartawan
Penulis
Bali


Budi Baik Teman Sekolah

Oleh : I Wayan Budiartawan

Wednesday, November 22, 2017

IBU (Saif Zuhri)


Ibu...menatapmu membuatku nyaman sekaligus remuk
Nyaman bila tanganmu tulus memberi kesejukan
Remuk kala melihatmu lelah dan payah
Mungkin saja air mata tak menetes
Hati akan berbicara
bagaimana aku tak mampu membuatmu bahagia
                   aku tak kuat mengurusmu karena lemahku
                   aku tak bisa membagi waktu untuk menyenangkanmu
                   aku tak tahan dengan kekuranganmu
Aku sadar bagaimana aku anakmu yang lemah
Lemah tidak dapat menggapai butiran hikmah yang terpendam dari doa-doamu
Luluh karena fatamorgana dunia yang menyilaukan
Meski hati ingin mengubur senja
Ya Tuhanku...
Aku banyak dosa pada-Mu
aku banyak dosa pada ibu
Aku tak ingat berjuta jasa yang tertanam dalam sejarah hidupku
Aku lupa karena doa doanya aku tumbuh
Aku lalai kalau asa yg mendekam hanya tertuju bagi anak-anaknya
Kami terlalu sibuk dengan dunia
kami terlalu lupa dengan jasa
Sesungguhnya...aku berharap ridho dan doamu
sembari Yang Kuasa juga memberimu umur panjang

Wednesday, November 15, 2017

SEORANG (PUISI)

Martini
Karya: Martini
Aku telusuri tebingmu dengan syairku
Terhempas lilinnya keringat
Laksana petir cahayamu putih
Aku pengembara mencari kasih
dari jiwaku yang paling dalam
Kutemukan itu

Namun sayonara telah tiba
Kutikam belati cinta bersenandung
Hening aku pada setiap tangisku
namun....alamatmu membutuhkan
perjalanan...di udara...di laut
Di padang kucari tapakmu tiada...
kutemui, kucari bayangmu
hanya bayang-banyang sendu

Ternyata engkau adalah...
ada dari adanya aku

hari lalu boleh dikenang
Hari ini boleh dinikmati
Hari esok boleh diharapkan
Tapi hendaklah Anda optimis
dengan harapan bahwa hari esokakan lebih indah
dari hari lalu dan hari ini

SECERCAH SINAR (PUISI)

Karya: Martini


Kau torehkan tangisku
Melukis sejarah....
Seribu luka menyayat hati
membawa luka....

Bersamamu penderitaan
Hidup penuh cacian
Karena sinar memancar
Di sela-sela duka
kutemukan bahagia yang tiada tara
....
Kusongsong segala duka
Demi sebuah cita-cita
dengan ridho dan surga semata

Wednesday, November 8, 2017

KUMPULAN PUISI ( I Wayan Budiartawan)

Di Kaki Gunung Agung
                 
Pemandangan indah bak di sorga
Pura Besakih berdiri dengan megahnya
Awan tipis menyelimuti gunung
Langit biru menambah syahdu cakrawala

Penjaja pepes ikan mencari rezeki
Di tengah terik mentari keringatnya mengucur
Satu dua orang asing lewat
Membeli makanan khas setempat itu

Gunung agung banyak dikunjungi
Oleh wisatawan mancanegara
Melihat keajaiban alam tertinggi di Bali
Pencinta alam mendaki gunung ini

Gadis-gadis Desa Besakih menjual kaos
Cenderamata tanda berkunjung
Kenang-kenangan buat para tamu
Manusia-manusia ini hidup mandiri

##############################

Mata Air Di Arca

Air jernih mengalir di hulu sungai
Segar rasanya bila di minum
Di kiri-kanan tempat ini  banyak cemara
Udara dingin berhembus menusuk kulit

Anak-anak kecil berenang
Bermain-main riang gembira
Riak-riak air mengalir mengikuti alur
Suara harmoni alam semesta

Kendaraan menderu-deru di jalan raya
Banyak pendatang menikmati liburan
Rumah makan sibuk menyapa tamu
Daerah tujuan wisata terakhir di ujung timur Bali

Air dibendung  lalu disalurkan
Ke rumah-rumah penduduk  untuk diminum
Sumber air bersih makin langka
Pemerintah melindunginya dengan peraturan

###############################

Jembatan  Sejak  Dai Nippon

Kendaraan dapat menyeberang
Melewati Sungai Telaga Waja
Tentara Dai Nippon dulu membangun jembatan
Dengan kayu dan besi yang dirakit

Sejak zaman Jepang daerah ini terbuka
Didatangi orang dari luar negeri
Jembatan kayu tergantung dan berayun-ayun
Kendaraan lewat maju pelan-pelan

Teknologi bertambah maju
Jembatan direnovasi dengan kerangka beton
Sekarang beban berat bisa diatasi
Bus-bus pariwisata raksasa melaju

Jembatan tua ini saksi sejarah
Tentara Dai Nippon pernah menduduki Besakih
Peninggalan Jepang ini dijaga pemerintah
Jalur lalu lintas ke kaki Gunung Agung tetap ramai

################################

Wajah-wajah Pelajar Ceria

Tiap hari anak-anak di kaki Gunung Agung
Pergi ke sekolah menuntut ilmu
Demi masa depan generasi penerus
Di kantor-kantor  pemerintah dan swasta

Anak-anak kecil ini bersemangat
Maju terus pantang mundur
Tak pernah luntur sedikitpun
Ini Indonesia di masa kini

Di sini perubahan dimulai
Kelak wakil rakyat di Kabupaten Karangasem
Berasal dari Desa Besakih ini
Mewakili kalangan adat setempat

Pembangunan sampai ke pelosok desa
Rakyat kecil ikut menikmati
Kemerdekaan bagi semua lapisan masyarakat
Tidak ada lagi penguasa asing

#################################

Bendera Merah Putih Berkibar

Tamu-tamu negara berkunjung 
Melihat bangunan tempat suci  Besakih
Di pinggir-pinggir jalan merah putih berkibar
Menghormati  pemimpin negara sahabat

Sirine meraung-raung di depan rombongan
Pengawal bersenjata bersiap mendahului
Indonesia negara aman dan damai
Tapi protokol resmi harus dilakukan

Kaki Gunung Agung tempat yang memukau
Orang-orang penting pernah ke sini
Norodom Sihanouk  yang lembut dari Kamboja
Diantar pejabat Indonesia berlibur ke sini

Di kaki Gunung Agung kemerdekaan RI teruji
Lewat diplomat-diplomat asing
Juga perjuangan rakyat tahun 1945
Indonesia merdeka dan Besakih terkenal



Thursday, October 19, 2017

IKRAR SEORANG PRAJURIT

Oleh : I Wayan Budiartawan

Derap langkah menuju arena pertempuran
Senjata terhunus dan siaga siap menggempur musuh
Pedang mengkilap di balik sarung senjata 
Menghadapi serangan pasukan penjajah
Maju tak gentar dan bertahan menghadang laju tentara lawan

Pekik merdeka membahana di langit
Darah berceceran dan tenaga terkuras bergulat di tengah kejamnya  kaum asing
Tidak ada pilihan lain bagi insan sejati
Kecuali berjuang mati-matian
Hingga ke tetes darah penghabisan
Sekali berarti sudah itu mati

Jiwa-jiwa muda bergejolak menentang penindas 
Kaum perampas hak asazi mesti diusir dari tanah ini
Negeri Indonesia merdeka 
Dari Sabang sampai Merauke
Itu ikrar parajurit pembela keadilan
Dan fajar pun menyingsing
Negeri ini bebas dari perbudakan

Prajurit mengobarkan semangat rakyat
Untuk bangkit meruntuhkan tirani dari luar
Prajurit memimpin barisan rakyat yang
Bahu membahu melakukan perlawanan terhadap kekuatan Sang Angkara Murka
Prajurit dicintai rakyat
Pengorbanannya melekat di hati rakyat

Bali, 20 Juli 2017
Untuk mereka yang gugur
Di Monumen Margarana
Demi Ibu Pertiwi

proposal KUB ( Kelompok Usaha Bersama) contoh

Lombok Menulis   KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) KELOMPOK USAHA TERNAK IKAN LELE “ SAWLIM ” Sekretariat : Kp............... RT........ R...