Sunday, September 23, 2012

CERPEN ( PERSEMBAHAN TERAKHIR)

-->

By: Baiq Ria Askina (Siswa Kelas XII IPA SMA Birrul Walidain NW Rensing)
Baiq Ria Askina
Dari sudut keramaian, seorang anak laki-laki menggunakan kemeja coklat berjalan sendirian mengelilingi pasar sambil melirik tas-tas yang bergelantungan. Ia berniat membelikan adik kesayanganya Aisyah sebuah tas sebagai hadiah juara 1 dikelasnya. Setelah berkeliling di setiap sudut pasar, ia jatuh hati pada tas punggung berwarna merah muda yang bergambarkan Barbie.Wah, itu pasti cocok untuk Aisyah, tasnya imut kayak dia! Hehehe... Selangkah demi selangkah ia mulai mendekati toko itu. Tiba- tiba dari kejauhan terlihat seorang laki-laki tua berkumis tebal berlari menuju ke arahnya. Dalam hitungan detik uangnya amblas di tangan orang itu yang ternyata seorang pencopet.
Copet .......! tolong ada copet..! teriak Imran dengan suara lantang. Imran tak kuasa menahan air matanya yang begitu dangkal.
 Mbak, Omm, tolongin saya di copet!teriaknya. Namun tak satu orangpun yang mempedulikanya. Ia mencoba mengejar pencopet itu, tapi ia sudah tidak bisa menjangkaunya. Setelah berlarian, ia singgah di depan toko makanan sambil menangis, persaanya bercampur aduk ditambah lagi ia sangat  lelah berlarian di bawah sinar matahari yang tak lagi bersahabat, berharap uangnya bisa kembali.Hiks,hiks,hiks uangku diambilgumamnya. Sang pemilik toko terus saja memperhatikan Imran  yang sedang berlumuran air mata. Ia merasa kasihan kepadanya dan langsung menghampirinya.
Dek, kamu kenapa?sambil memegang pundak imran.
Hiks ...hiks...hiks ...uang saya di copet! jawabnya sambil mengusap air matanya.     
Begini saja, ini bapak kasi makanan, tawar pemilik toko kepadanya. Mendengar orang itu Imran langsung berterima kasih dan berjabat tangan kemudian bergegas pulang.             
Di tengah perjalanan, Imran melambai-lambaikan sebungkus plastik makanan yang ia bawa. Ia sangat bingung harus berkata apa pada adiknya Ya Allah bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan??? bisiknya dalam hati. Setibanya di gerbang rumah, nampak senyum Aisyah yang begitu lembut, membuatnya semakin tak tega untuk mengatakanya. Dengan langkah tertatih, Imran menghampiri Aisyah yang sedang mencuci piring dan duduk di sampingnya. Asiyah begitu senang melihat kakaknya pulang. Namun dengan berat hati ia harus mengatakanya.
Aisyah.... maafkan kakak ya?
Kakak kenapa? Mana tas yang kakak janjikan?tegasnya.
Aisyah, tadinya kakak mau membelikanmu, tapi....jawab Imran sambil menatap Aisyah.
Tapi kenapa kak?tanya Aisyah.
Tadi kakak kecopetan, dan semua uangnya amblas di bawa kabur,Tanpa sepatah katapun mulutnya langsung kaku mendengar musibah itu. Aisyah nampak begitu kecewa, matanya berkaca-kaca dan langsung berlari ke kamarnya. Sementara itu Imran ikut merasa sedih dan merasa bersalah padanya.Maafkan kakak Aisyah, aku tidak bisa memenuhi janjikuBisiknya dalam hati.
Ketika malam datang, ayahnya baru pulang setelah berkeliling seharian yang pekerjaanya hanya sebagai tukang kebun. Itupun pendapatanya tidaklah seberapa, hanya cukup untuk biaya makan sehari. Sedangakan ibunya sedang terbaring sakit hampir 2 bulan terakhir. Sehingga Imran harus bekerja keras membantu ayahnya untuk membiayai pengobatan ibunya. Ayahnya sangat lapar  setelah seharian bekerja, namun makanan tak satupun yang tersedia di meja makan, hanya sebungkus plastik berwarna hitam, baunya begitu harum. Ia semakin penasaran dengan baunya, kemudian ia langsung membuka plastik tersebut, ternyata isinya kue-kue yang membuat ia hampir meneteskan air liurnya.
Imran....?teriaknya dari dapur.
Ya yah! Ada apa?sahut Imran yang sedang memijat-mijat tangan ibunya.
Ini... siapa yang taruh kue disini? sambil berjalan menuju dirinya.
Ohhh.. itu makanan yang dikasi oleh seorang penjual makanan di pasar tadijelas Imran.
Kamu pergi mengemis sama mereka ya?tegas ayah.
Tidak kok yah, sumpah demi  Allah, orang itu tiba-tiba saja memberi saya makanan ini jawab Imran dengan wajah ketakutan.
Ya sudah ayah percaya! Aisyah dimana kok ayah tidak pernah melihatnya? tanya ayah dengan peruh rasa khawatir.
Dia ada dikamarnya,jawabnya dengan spontan.
Ya sudah, kamu duluan saja istirahat, biar ayah yang jaga ibumu!jelas ayah.
Imranpun menuruti kata-kata ayahnnya. Sesampainya di depan pintu kamarnya, ia merasa aneh dengan sikap adiknya. Sudah beberapa jam Aisyah tidak pernah keluar kamar, membuatnya semakin khawatir. Akhirnya ia memutuskan untuk mengetok pintu kamar Aisyah untuk memastikan keadan adiknya.
Tok,tok,tok, Aisyah????desusnya, namun tak ada jawaban.
Aisyah???desusnya lagi.
Ada apa?jawabnya dengan nada yang lembut.
Emm, kakak cuma mau bilang,.....nggg, apa kamu sudah mengerjakn PRmu? desusnya lagi dari balik pintu kamar Aisyah.
Sudah kak, jawabnya singkat.
Oww, ya sudah kamu istirahatlah, sambil menghela nafas lega dan langsung masuk kamarnya.
Sudah pukul dua malam, Imran tidak bisa tidur, karena ia terus memikirkan masalahnya, ia terus terbayang wajah ibunya yang sedang terbaring sakit. Walau air malam begitu dingin, namun ia sempatkan diri untuk pergi berwudhu untuk shalat thajjud dan ia tak lupa menengok ibunya beberpa menit. Setelah ia merasa tenang, ia mencoba untuk membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sudah rusak, bahkan sudah tak layak lagi ditempati. Beberapa menit kemudian, terdengar seruan azan subuh yang menggema di telinganya, hingga membuatnya terbangun.
Astagfirullahalazimm, ternyata sudah subuh! Aku harus cepat-cepat membangunkan ayah!katanya dengan wajah keheranan. Ia kemudian bergegas membangunkan ayahnya.
Yah, yah, bangun....,sudah subuh!bisiknya sambil memegang kaki ayahnya.
Hoammmm..., sudah subuh??kata ayah sambil menggosok-gosok matanya.
Ia, yah.... jawabnya.
Kamu sudah bangunkan adikmu, ran? tanya ayah
Belum, yah jawabnya
Ya sudah, kamu duluan wudhu! Biar ayah yang bangunkan adekmu! jelas ayah kepadanya.   Akhirnya Imranpun pergi mengambil air wudhu, namun seperti biasa ia harus menimba dan mengisi penuh tempayan. Setelah mereka semua berwudhu, kemudian mereka melaksanakan shalat subuh berjama’ah di rumahnya. Sementara itu, ibunya masih belum sadarkan diri karena sakit yang dideritanya sudah sangat parah. Ketika ayam berkokok, ayahnya sudah berangkat untuk kerja, sedangkan Aisyah mulai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, namun ia merasa bingung karena ia sudah terlanjur membuang tasnya yang sudah sobek itu. Tiba-tiba saja Imran datang ke kamarnya  untuk meminjamkan tas.
Ini, pakailah tas kakak! tawar Imran kepada Aisyah sambil menyodorkan tas itu.
Tapi kak, ini kan tas untuk anak laki-laki! sambil menunjuk tas itu.
Dari pada kamu tidak memakai tas! sambil membujuknya.
Ya sudah, aku pergi dulu ya kak, assalamu’alaikum ...... sambil menjabat tangan Imran.
Wa’alaikumussalam, hati-hati di jalan! jawabnya.
Akhirnya Aisyah pergi sekolah menggunakan tasnya. Sementara itu, Imran tetap di rumah menjaga ibunya, kebetulan ia masuk sekolah setelah Aisyah pulang. Sehingga sambil menunggunya pulang, ia harus menggatikan adiknya mengurus pekerjaan rumah, mulai dari mencuci piring, memasak, hingga mencuci pakaian. Tak lama kemudian, terdengar suara genturan pintu yang sangat keras dari luar, hingga membuatnya terkejut.
Hey, keluarrrr.....!teriak orang itu dengan lantang. Ternyata setelah Imran membukakan pintu, orang yang datang itu adalah pemilik sewa rumah.  Apalagi mukanya telihat sangat garang plus rambut gondrong.
Hey kamu! Dimana ayah dan ibu loe?tegasnya.
Maaf pak, ayah saya sudah pergi kerja, sedangkan ibu saya sedang sakit. jawabnya pelan dengan wajah ketakutan sambil membawa orang itu masuk. Dan ternyata ibunya Imran terbangun mendengar orang itu. Melihat  ibunya terbangun ia merasa sangat senang dan langsung memeluknya. Subhanallah, ibu sudah bangun. katanya senang. Namun ketika ibunya mau berdiri, tiba-tiba saja  orang itu mendorong ibunya hingga terjatuh.
Heh!! Gue peringatin loe sekali lagi! Kalo’ loe g’ da duit buat bayar sewa minggu ini, loe harus out dari sini! Ngarti kagak loe! Dasar orang miskin pake sewa rumah gue lagi! HUGGGGH! sambil menunjuk ibunya dan langsung  pergi. Imran tercengang melihat ibunya.
Ibu,ibu,ibu tidak apa-apa? sambil membangunkan ibunya. Ibu baik- baik saja nak. jawabnya lemah. Walaupun begitu, Imran sangat panik dan khawatir melihat ibunya kesakitan, nampaknya penyakitnya kambuh lagi. Beruntung Aisyah pulang cepat dan langsung mencari bantuan. Akhirnyna ibunya di larikan ke rumah sakit berkat bantuan tetangga. Sementara itu, ia tetap harus pergi ke sekolah karena ia akan ulangan. Ia terus berlari supaya tidak terlambat, namun ia tetap saja terlambat. Karena ia anak yang cerdas, ia tidak jadi di hukum dan ia langsung di suruh masuk ke kelasnya dan mengerjakan soal.                                                  Saat sedang belajar, matanya selalu menghadap langit-langit atap melamunkan keadaan ibunya. Beberapa jam kemudian, saat waktu pulang pak guru memanggilnya untuk ikut olimpiade biologi mewakili sekolahnya, yang hadiahnya cukup banyak. Setelah itu, ia langsung bergegas ke rumah sakit, sementara itu ayahnya sudah ada dirumah sakit setelah mendapat kabar dari tetangganya.
Bagaimana keadaan ibumu nak?
Masih belum bangun yah! jawab Aisyah yang sedang duduk di kursi penunggu.                                                                                               Tiba- tiba terdengar suara hentakan kaki yang begitu keras. Ternyata itu suara kaki Imran yang berlari ngos- ngosan dari sekolah yang jaraknya cukup jauh.
Hugh, hugh, apa ibu sudah sadar ? tanyanya sambil menghela nafas.
 Belum. jawab Aisyah dengan lemas.
Ayah, nanti hari sabtu saya akan pergi lomba olipiade biologi, mohon do’anya.....Kalau aku menang, maka aku bisa membayar sewa rumah dan biaya rumah sakit ibu katanya.
Bapaknya terdiam sejenak mendengar perkataan Imran, ayahnya merasa bangga kepadanya dan hampir meneteskan air matanya namun ia mampu menahannya.
Ya sudah, Imran bawa adikmu pulang biar ibu ayah yang jaga. jawabnya sambil memegang kepala Aisyah.
Nak, pulanglah bersama kakakmu ya? kata ayahnya.
Ya yah! jawabnya.
Hari sudah mulai senja, dalam perjalanan pulang Imran selalu memegang tangan adiknya erat. Hingga terlontarlah pertanyaan dari mulut Aisyah  dengan polosnya.
Kak, pa ibu akan sembuh? katannya.
Tentu saja! Oleh karena itu kita harus  mendo’akan ibu supaya cepat sembuh jelanya.
Kak aku takut kalau ibu akan di ambil oleh Sang Kuasa. katanya sambil memandang Imran. Langkahnya terhenti kala mendengar adiknya, dan langsung memeluk adiknya erat. Setibanya di rumah, Imran menyuruh adiknya istirahat lebih dulu setelah shalat berjam’ah. Sementara itu, ia sibuk mempersiapkan diri untuk olimpiade nanti.  Setelah beberapa hari kemudian, akhirnya tibalah hari yang ia tunggu.                                                                                                                     Ketika azan subuh dikumandangkan, ia sudah bangun dan langsung shalat bersama adiknya. Kemudian ia membuat sarapan untuk ayahnya. Hingga di pagi buta ia berangkat bersama menuju rumah sakit dan langsung pergi ke sekolah setelah pamitan pada orang tuanya. Sesampainnya di sekolah ia di sambut oleh gurunya untuk pergi ke tempat test olimpiade biologi. Imran, ayo cepat kita berangkat nak , nanti kita telat!Setelah melewati beberapa test, akhirnya pengumuman juarapun tiba. Aduhhh kenapa aku deg degan gini bisiknya. Namun sungguh tak disangka ia berhasil menjadi juara. Haaaah??! Aku menang? Horeeeeeeeee................! Alhamdulillah ya Allah, berkat-Mu aku bisa jadi juara. katanya sambil memegang pialanya. Ia begitu senang karena bisa membiayai pengobatan ibunya. Gurunya sangat bangga kepadanya. kamu berhasil nak!, ya sudah sekarang bapak antar kamu ke ibumu di rumah sakit katanya sambil memegang kepala Imran.
Ya pak, terima kasih. jawabnya. Setibanya di rumah sakit, ia tidak melihat satupun orang disana, kemudian ia memutuskan untuk pulang kerumahnya. Setelah beberapa menit ia tiba dirumah, ia heran melihat orang-orang berkerumunan. Ia mulai menpercepat langkahnya, tiba-tiba Aisyah berlari menghamipirinya sambil menangis.
Hiks,hiks,hiks, kak! Ibu sudah tidak ada, dia sudah meninggal. kata Aisyah sambil memeluknya. Tubuh Imran langsung merinding, dan meneteskan air matanya hingga ia tak sadar telah menjatuhkan pialanya hingga remuk. Ia berteriak karena tak kuasa menahan kesedihannya.
Ibuuuuuuuuu..........!bangun bu! Lihatlah hadiahku ini bu, ini persembahan untukmu bu...! ku mohon bangunlah bu, buka mata ibu dan lihatlah......!
Kenapa ibu meninggalkan kami begitu cepat bu?? Kenapa ??? aku janji tidak akan nakal lagi bu sambil memeluk ibunya.
Sudahlah kak! Kita harus mengikhlaskan kepergianya supaya ibu bisa tenang. kata Aisyah mencoba tegar.
Sementara itu ayahnya hanya bisa terbaring karena ia mengalami kecelakaan ketika hendak bergegas pulang setelelah mendengar kabar ibunya. Kini ia hanya bisa menangis dan menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Dan dari saat itulah ia mulai bertekad untuk selalau menjaga adiknya dan bekerja keras untuk membiayai sekolahnya  juga adiknya hingga ia bisa menggapai impiannya sebagai seorang dokter hebat.



No comments:

Post a Comment

lombok menulis

proposal KUB ( Kelompok Usaha Bersama) contoh

Lombok Menulis   KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) KELOMPOK USAHA TERNAK IKAN LELE “ SAWLIM ” Sekretariat : Kp............... RT........ R...