
“ Ada apa ??” tanya Indah.
“ Ini aku bawakan kamu buku untuk kamu baca-baca
di rumah, buat kamu belajar “ Sambil Warni memberikan buku itu.
“
Makasi yaa ! Buku ini sangat berharga untukku. Ooo... yaa, aku harus
cepat-cepat pulang karena emak menungguku di rumah. “ Indah bergegas pulang ke
rumah.
“
Indah. . . kenapa kamu lama sekali nak ?” Tanya Emak.
“
Maafin Indah mak, karena Indah harus menjual ikan-ikan ini sampai habis. “
Jawab Indah.
“
Ya sudah, kamu istirahat sekarang !” suruh emak
Betapa
miris dan sedih emak Randa melihat Indah kerja banting tulang. Indah sangat
ingin sekolah seperti teman-temannya. Karena sejak lulus SMP, Indah tidak bisa
melanjutkan sekolahnya.
Sebenarnya,
dia mempunyai cita-cita yang selama ini ingin Ia raih. Tapi sayang, keadaan
ekkonomi tidak mengijinkan untuk melanjutkan sekolahnya. Indah dan emak hanya
tinggal berdua di Gubuk sederhana peninggalan ayahnya. Karena sudah lama
ayahnya menghadap sang Kuasa.
Hiruk
pikuk kehidupan sudah mereka rasakan. Namun, tidak membuat mereka menyerah dan
putus asa untuk menjalani hidup. Walaupun tidak banyak yang bisa mereka
lakukan, sebuah perahu peninggalan ayahnya yang mereka manfaatkan untuk mencari
nafkah seadanya. Emak yang sudah tua dan sering sakit-sakitan berusaha untuk
melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak mungkin seorang wanita melakukannya,
apa boleh buat.
Dinginnya
malam harus Ia lewati untuk mencari ikan-ikan kecil untuk mereka jual esok
hari. Deburan ombak seakan menjadi saksi perjuangan hidup mereka. Tidak jarang
mereka meneteskan air mata, tapi inilah kehidupan yang mereka jalani.
“
Indah. . . indah. . .” Terdengar suara dari luar.” Eeehh. . . Warni “.
“ Ya emak, Indahnnya ada ?” “Indah baru saja saja pulang. Mungkin dia
sedang istirhat “. Jawab emak Indah. “ ini ada sedikit makanan, tadi Warni baru
dari pasar. Ooo. . . Yaa emak kasi tahu Indah besok siang suruh dia ke rumah
ada sesuatu yang ingin Warni kasi tahu !!“.
“
Ya nanti emak sampaikan” jawab emak.
Keeokan
harinya, seperti biasa Indah pergi berjualan ikan. Tampaknya Indah sangat
terburu-buru, pagi-pagi sekali Indah bergegas ke pasar. Mungkin Indah ingin
cepat-cepat menjual ikan-ikan itu dan segera ke rumah Warni. Tapi sepertinya
ada sedikit hambatan, tiba-tiba Lucy anak juragan kaya yang sangat populer di
kampungnya itu mencegatnya.
“
Heehh. . . mau kemana kamu ?”Dengan laganya yang sok “ Coba kalin liat anak
dekil, miskin dn blagu ini. Kasihan sekali dia, tidak pernah menikmati indahnya
masa SMA”. Mereka pun mencemooh Indah dan langsung pergi.
Indah
tertegun sejenak, tidak sadar Ia sampai meneteskan air mata, tapi Ia sadar
memang ini hidup yangharus Ia jalani. Seakan semuanya menjadi pelengkap untuk
menyambut hari esok yang lebih naik. Karena suatu saat Ia yakin apa yang selama
ini Ia cita-citakan bisa Ia raih. Sepertinya agak terlambat ke pasardan
ikan-ikannya tidak habis Iajual.
Sepulangnya
dari pasar, Indah bergegas pulang. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah dan
langsung ke rumah Warni. “Emak. . . indah pulang !!! ini mak ikan-ikannya, maaf
Indah tidak bisa menjualnya sampai habis “. Sambil memberikan emaknya ikan yang
tersisa.
“Kamu
tidak istirahat dulu Ndah ?” Tanya emak.
“Indah
harus cepat-cepat ke rumah Warni Mak !” Teriak Indah ke emaknya sambil berjalan,
dia sangat penasaran karena tidak biasanya Warni menyuruhnya ke rumah. Warni
sudah menunggu Indah sejak pulang sekolah.
“Eeee. . . Ndah, akhirnya kamu sampai juga di
rumahku. Begini Ndah, aku tau kamu sangat berbakat membuat karya sastra, itu
cita-citamu sejak dulu kan ? Menjadi pengarang terkenal dan bisa membahagiakan
orang tuamu !”. Jelas Warni
“
Iya itu memang cita-citaku dari dulu. Tapi, , , kamu tau keadaanku seperti apa
? Aku tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan sekolah saja aku tidak bisa
melanjutkan” Jelas Indah.
Kamu
salah Ndah, kesempatan selalu ada kalau kamu mau !” jawab Warni.
“
Tapi bagaimana caranya ?” Tanya Indah.
“Ada
sayembara di sekolahku, dan siapa saja
boleh mengikutinya walaupun di luar sekolah. Bagaimana Ndah, kamu tertarik ?”.
“Sebenarnya
aku sangat ingin, tapi apakah aku bisa ?”.
“Kamu
pasti bisa Ndah, aku yakin !!” Warni terus berusaha meyakinkan Indah agar Indah
mau mengikuti lomba itu. Warni percaya, Indah pasti bisa dan ini adalah jalan
untuk meraih cita-citanya.
Setelah
memikirkan apa yang Warni katakan, akhirnya Indah percaya diri untuk mengikuti
lomba tersebut. Ia tidak ingin terlambat sedikkitpun. Ia bertekad untuk
mewujudkan mimpinya, walaupun ada
sedikit keraguan di benaknya.
Indah
sampai terbur-buru, karena tidak seperti anak yang lain. Ia hanya berjalan kaki
dari rumah sampai ke sekolah.
“
Aduuuhhh !!” Tidak sengaja dia menabrak sesuatu.
Buku-buku
yang Ia bawa jatuh berserakan. Tapi Ia
tidak memperdulikan. Indah cepa-cepat membereskan buku itu. Seorang lelaki
berdiri di depannya mengulurkan tangannya, “Biar kubantu kamu berdiri!” Tawar lelaki itu.
Indah
hanya melihat orang itu sebentar dan langsung pergi. Dalam hatinya Indah
bertanya siapa orang itu ?. “Aku tidak pernah melihat orang itu ??”.
Lelaki
itu hanya tersenyum melihat tingkah
Indah. “Aneh sekali anak itu. Aku hanya mau menolongnya” kata lelaki itu. “
Indah kamu lama sekali, lombanya sudah hampir dimulai. Kamu sudah siap ?”.
“War.
. . aku tidak tahu seberapa kuat mentalku untuk bisa berdiri di atas panggung
itu. Lihat banyak sekali orang-orang yang akan mengikuti lomba ini. Dan lihat
penampilan mereka sangat luarbiasa. Sedangkan aku, hanya gadis pantai yang
bermodalkan tekad saja” Jelas Indah.
“Justru
itu Ndah, tekad kamu yang akan membawamu ke panggung !!”.
Seakan
Ia tidak bisa mengangkat kakinya ke atas panggung itu. Ia hanya bingung hampir
3 kali namanya dipanggil. Indah pun tersadar bahawainilah langkah pertama yang
harus Ia tempuh. Dengan percaya diri, Indah membawa selembar kertas naik ke
atas panggung. Kemudian dia membacakan karya puisinya.
“Woow.
. . Anak dekil, bau, dan tidak tahu diri itu naik ke atas panggung ?” Lucy dan
genk-genknya menyoraki Indah. Seakan mereka tidak terima bahwa yang berdiri di
atas panggung itu adalah Indah.
Semua
itu tidak mematahkan semangatnya. Seakan itu menjadi cambuk bahwa suatu saat
nanti mereka akan bangga dengan keberhasilannya. Suara tepuk tangan terdengar
dari belakang panggung. “Puisi yang kamu bacakan indah sekali”.
Indah
pun heran, karena tidak salah lagi orang itu adalah lelaki yang dia tabrak
tadi.
“Tapi
siapa dia ??” Tanya dalam hati.
Setelah
dia selesai membaca puisi itu, kemudian Indah bergega sturun dari atas panggung
kembali lagi ke tempat duduknya. Dan dia bertemu lelaki itu, “Hai. . . Boleh
aku tahu namamu ?” tanya laki-laki itu.
“Mmm.
. . Aku Indah!!”. “Seindah puisi yang kamu bacakan tadi. Aku yakin kamu akan
keluar sebagai juara” Katanya.
Seakan
Indah tidak mau peduli apa yang lelaki
itu katakan. Tetapi sebenarnya Indah masih menyimpan tanda tanya, siapa dia
sebenarnya ?.
“Benar-benar
wanita yang aneh ! tapi aku suka dia polos dan apa adanya”.
“Rifaldi.
. . “ Ya pak ?? jawab laki-laki itu. “Ini adalah berkas-berkas hasil lomba itu.
Di situ sudah ada nilaidari para kontestan, tinggal kamu tentukan saja siapa
pemenangnya”.
Rifaldi adalahb anak dari
penyelenggaraan perlombaan itu. Mereka berasal dari kota, dan mereka mempunyai
media cetak tempat penerbitan buku-buku. Mereka sengaja mengadakan perlombaan
ini untuk mendapatkan penulis terbaik yang kemudian akan diterbitkan karyanya.
Diam-diam
Rifaldi mengikuti Indah ke rumahnya. Tampaknya dia tertarik dengan gadis pantai
itu, Indah tidak tahu kalau dia diikuti. Rifaldi tidak mau membuat Indah marah,
dia hanya ingin tahu dimana rumahnya, kemudian langsung pergi.
Sungguh
tidak dipercaya, setelah seminggu menunggu hasil lomba itu, ternyata hasilnya
sudah keluar. Dan Indah keluar sebagai juara pertama.
“Ini
tidak mungkin. Luar biasa Ndah, kamu memang hebat”. Warni salut sekali sama
Indah.
‘War.
. .ini salah, aku nggak mungkin keluar sebagai juara”.
“Apanya
yang salah ? lihat kamu yang menjadi juara 1”. Indah sampai meneteskan air mata
karena bahagia.
“Emak. . . Indah menjadi juara. .
.!! lihat Indah bisa buktikan ke orang-orang, bahwa Indah juga bisa”. Emak
Randa langsung memeluk Indah. Emak yakin suatu saat nanti anaknya akan menjadi penulis
terkenal.
Sejak
Indah memenangkan lomba itu, dia lebih percaya diri untuk berkarya lagi. Indah
ingin membuktikan ke orang-orang bahwa dia tidak hanya sekedar gadis pantai
yang tidak sekolah, namun dia bisa membuktikan bahwa dia bisa, termasuk kepada
Lucy dan genknya.
Kini
mereka tidak mencemooh Indah lagi karena Indah selalu tampil sebagai juara di
setiap ada lomba. Indah semakin yakin atas apa yang dia miliki, dia terus mengeluarkan ide-ide
kreatifnya.
Indah
berusaha mengirim setiap tulisan yang ia buat ke media cetak, tapi sayang Indah
tidak pernah berhasil menerbitkan bukunya.
Indah terus berdo’a agar suatu saat
ia menjadi penulis yang hebatdan menerbitkan buku-bukunya. Perjuangan Indah
begitu panjang hingga saatnya tiba, dia menerima surat das Pos bahwa karangan
yang ditulisnya akan segera diterbitkan.
Sejak buku pertamanya terbit, Indah
semakin mantap untuk melahirkan karya-karyanya. Begitu banyak buku yang telah
berhasil ia tulis. Dia menjadi penulis yang hebat. Ternyata usahanya tidak sia-sia.
Dan kini dia berhasil membuktikan bahwa apa yang dia cita-citakan bukan hanya
mimpi, tetapi khayalan yang nyata. Luar, , , biasa !!!
Walaupun begitu, Indah tidak pernah
melupakan orang-orang yang adadidekatnya, seperti Warni sahabat sejadi yang selalu
memberikan semangat. Dan akhirnya Indah bisa membahagiakan emaknya. Satu hal
yang masih menjanggal di hatinya. . . dia !!!
Tiba-tiba
teringat lelaki itu. Indah pun semangatmenuliskan kisahnya dalam sebuah buku,
termasuk pertemuannya dengan lelaki itu. Sungguh tidak bisa dipercaya, saat
Indah berdiri menatap indahnya deburan ombak, tiba-tiba dia mendengar seseorang
menyapanya.
“
Indah. . . !! Aku menykai buku karanganmu ini”.
Indah
terkejut dan langsung menoleh ke belakang. “ Kamu ??? “ dengan heran.
“Waktu
itu kita belum sempat berkenalan, aku Rifaldi. Sudah lama aku menjadi pengagum
rahasiamu “. Indah pun tertunduk malu.
“
Aku senang sekali, pertemuan kita saat itu ternyata kamu tulis dalam buku ini
“. Sambil menunjukkan buku yang dia bawa, hasil karangan Indah. Indah hanya
tersenyum dan tertunduk malu.
Sejak saat itumereka semakin dekat
dan sering kerjasama, karena Rifaldi sendiri yang menerbitkan karangan-karangan
tulisan Indah. Semua yang Indah alami bukan hanya sekedar kebetulan, tetapi dia
berjuang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dalam
salah satu karya yang Indah tulis, dia menyampaikan sebuah pesan, “Bahwa di
mana ada kemauan, disitu ada jalan”. Memang tidak mudah, namun nikmatilah semua
perjalanan itu walaupun sulit akan menjadi mudah jika kita terus berusaha.
THE
END
No comments:
Post a Comment
lombok menulis